Cerita Kebo Iwa – Danau Batur merupakan salah satu danau eksotis di Bali yang menjadi objek wisata favorit oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Hal ini dikarenakan danau tersebut memiliki pemandangan yang begitu indah nan mempesona.

Dibalik daya tarik tersebut, terdapat cerita asal mula danau Batur yang sudah melegenda.

Konon dikisahkan, asal muasal terbentuknya danau tersebut memiliki kaitan erat dengan sosok raksasa bernama Kebo Iwa.

Berikut kisah rakyat tersebut dimulai.

Untuk mengetahui kisah lengkap tentang cerita rakyat satu ini, Wisatawan.id akan membahas Cerita Kebo Iwa dan Asal Mula Danau Batur.

——————–
Jangan lupa untuk Like
Facebook Page Wisatawan.id

Cerita Kebo Iwa dan Asal Mula Danau Batur

Alkisah, dahulu kala di sebuah perkampungan di Bali tinggal sepasang suami istri yang dengan hidup rukun dan bergelimang harta.

Akan tetapi, kebahagiaan pasangan tersebut tidak lengkap karena setelah menikah belum juga memiliki seorang anak.

Dengan tidak putus, pasangan suami istri ini terus berdoa kepada Sang Dewa agar dikaruniai momongan.

Setelah sekian lama, doa tersebut akhirnya dikabulkan oleh Dewa.

Sang istri akhirnya mengandung, hingga kemudian melahirkan bayi laki laki.

Bayi laki laki itu tumbuh dengan begitu cepat, sebab ia memiliki nafsu makan yang sangat besar.

Meskipun masih bayi, akan tetapi nafsu makan anak itu sama dengan sepuluh orang dewasa.

Seiring dengan berjalannya waktu, bayi itu tumbuh menjadi kanak kanak.

Akan tetapi, ia memiliki tubuh yang sangat besar dengan nafsu makan yang besar pula.

Bocah dengan badan besar itu pun dinamai Kebo Iwa, yang memiliki artian paman kerbau.

Dikisahkan, bocah itu makin hari semakin bertambah besar nafsu makan dan juga tubuhnya.

Dimana dalam sehari, kebutuhan akan makan anak itu sama dengan kebutuhan makan dari seratus orang dewasa.

Hingga lama kelamaan, kedua orangtua Kebo Iwa menjadi kewalahan dalam memenuhi keinginan makan akan bocah satu itu.

Bahkan Ia juga terkenal begitu pemarah dan sering meledak, apalagi saat tidak mendapatkan asupan makanan.

Menurut legenda danau Batur, yang mengesalkan adalah saat bocah raksasa itu marah maka ia akan merusak apa saja yang ditemui oleh netranya.

Ia juga sudah biasa merusak rumah para penduduk di sekitar desa.

Bahkan, tanpa takut ia bisa hancurkan pura tempat beribadah saat kemarahannya sudah memuncak.

Hal itu membuat warga desa amat ketakutan ketika menjumpai bocah raksasa itu tengah marah.

Meskipun pemarah, bocah besar itu sesungguhnya mau membantu para warga desa yang butuh akan bantuan.

Ia bahkan mau membangun sumur, membendung sungai, meratakan tanah yang berbukit bukit, mengangkat batu batu besar, atau memindahkan rumah.

Ia bisa dengan cepat menyelesaikan pekerjaan berat yang tidak bisa dikerjakan oleh penduduk.

Namun tentu saja, ia meminta imbalan sebagai ganti tenaganya yang berupa makanan dalam jumlah banyak.

Hal ini terus berlangsung, selama warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani tersebut bisa memiliki hasil panen yang lebih dari cukup.

Maka warga desa bisa bekerjasama memberikan makan yang cukup banyak guna Kebo Iwa.

Suatu waktu, diceritakan bahwa saat itu desa mulai memasuki musim kemarau panjang.

Dimana hal tersebut membuat warga merasa kesulitan juga kewalahan untuk menyediakan sajian untuk sosok besar itu.

Para warga sudah mulai merasa amat cemas.

Tidak hanya mencemaskan mengenai bagaimana cara mendapatkan bahan makanan untuk keluarga.

Namun juga mencemaskan adanya Kebo Iwa.

Mereka bingung apa lagi yang perlu diberikan pada bocah itu jika panen gagal, Sebab anak itu pasti tidak akan mengerti kondisi yang tengah dialami oleh warga.

Sebab untuk Kebo Iwa, jika ada makanan yang membuat kenyang maka dia akan diam.

Tetapi jika tidak ada, maka ia akan mulai mengamuk.

Para warga desa kemudian memutuskan berkumpul guna membahas permasalahan yang harus dihadapi, terutama yang berkaitan dengan sosok Kebo Iwa.

Diceritakan dalam legenda danau Batur ini, para warga membuat rencana suatu strategi untuk bisa menghadapi sosok banyak makan itu.

Apabila memungkinkan, para warga ingin melenyapkan sosok besar yang meresahkan ini.

Setelah melakukan musyawarah, akhirnya warga desa mendapatkan strategi yang tepat.

Seluruh penduduk desa kemudian beramai ramai mulai mengumpulkan makanan, hingga kemudian makanan itu terkumpul dengan jumlah yang cukup untuk menjadi santapan sosok besar banyak makan tersebut.

Namun ternyata, warga desa juga turut mengumpulkan batu kapur.

Saat makanan dan juga batu kapur dirasa sudah cukup, Kepala Desa dan diiringi oleh beberapa warga kemudian menemui sosok bocah raksasa itu.

Diceritakan, saat itu Kebo Iwa tengah tiduran seusai menikmati beberapa ekor hewan ternak milik warga desa.

Terlihat ia sedikit terperanjat ketika beberapa orang mendekat.

Ia kemudian berkata dengan lantang, “Apa mau kalian datang kesini? Apa kalian memiliki makanan yang bisa membuatku kenyang? Aku masih sangat lapar!”

Kepala Desa pun menjawab, “Kami memiliki makanan yang bisa membuatmu lebih dari kenyang.”

Kemudian ia menambahkan, “Semua makanan ini akan kami berikan kepadamu, asal kau mau membantu kesulitan kami.”

Mendengar kata makanan yang dapat membuat perutnya menjadi kenyang, bocah dengan tubuh besar itu pun langsung bangkit dari rebahan.

Kemudian ia berucap “Tentu saja aku mau membantu kalian, tetapi kalian harus bersedia memberikan aku makanan. Jadi, bantuan apa yang kalian semua butuhkan?”

Diceritakan pada asal mula danau Batur, setelah mendengar jawaban Kebo Iwa, Kepala Desa kemudian menjelaskan mengenai berapa banyak rumah penduduk desa yang rusak karena amukan dari sosok besar itu.

“Itu semua karena kalian tidak mau memberikanku makanan.” Dengan tidak ada rasa bersalah Kebo Iwa menyahuti.

“Jika saja kalian bersedia memberiku makanan, percayalah aku juga tidak akan memporak porandakan rumah kalian.”

“Seperti yang kau tahu, tidak adanya makanan untukmu diakibatkan dari kami yang gagal panen. Hal itu dikarenakan tidak adanya air yang mengalir, sebab musim kemarau yang berkepanjangan.” Terang Kepala Desa.

“Padahal, sebenarnya dalam tanah desa ini ada banyak air. Bahkan sangat melimpah jumlahnya. Untuk itu, kami membutuhkan bantuanmu untuk membuat sumur yang amat besar!” Tambah Kepala Desa.

“Air itu nantinya akan digunakan untuk mengairi sawah kami. Saat tanaman kami bisa mendapatkan air, percayalah kegagalan panen bisa kami atasi. Setelah itu, kami pun tidak akan merasa kesulitan lagi memberi makanan untukmu. Berapa pun jumlah makanan yang kau inginkan, pasti sanggup kami penuhi.”

Mendengar penuturan Kepala Desa, Kebo Iwa pun merasa amat gembira.

Dan ia pun setuju untuk membantu warga desa.

Ia kemudian mulai bekerja dengan mendirikan beberapa rumah warga, seperti yang diinginkan oleh Kepala Desa.

Setelah itu, ia kemudian menggali tanah di lokasi yang sudah ditentukan oleh Kepala Desa.

Selama melakukan pekerjaan itu, tenaga Kebo Iwa yang begitu amat besar mulai muncul.

Bocah raksasa itu terus saja menggali.

Melihat hal itu, penduduk desa kemudian mengumpulkan batu kapur di sekitar Kebo Iwa menggali tanah.

Saat itu, Kebo Iwa mengetahui jika warga desa tengah mengumpulkan begitu banyak batu kapur.

Dengan heran ia kemudian bertanya, “Untuk apa batu kapur sebanyak itu kalian kumpulkan?”

Untuk mengelabuhi bocah itu, dalam cerita legenda danau Batur ini Kepala Desa kemudian menjawab “Setelah kau selesai membuat sumur yang besar ini, kami akan membangun rumah untuk kau. Rumah besar dan juga sangat indah.”

“Rumah yang besar dan pas untukmu tentu memerlukan batu kapur yang begitu banyak, bukan?” Tambah Kepala Desa.

Mendengar jawaban tersebut, Kebo Iwa tentu saja sangat gembira.

Ia pun semakin bersemangat dalam menggali tanah, bahkan selama berhari hari bocah itu bekerja dengan keras.

Semakin banyak hari yang terlewat, semakin besar pula kedalaman sumur tersebut.

Hingga kemudian, air mulai muncul keluar dan terbentuklah sebuah kolam yang sangat besar.

Akan tetapi, Kepala Desa tetap saja meminta Kebo Iwa untuk terus menggali tanah.

Karena sudah dijanjikan akan diberikan makanan yang banyak serta dibangunkan sebuah rumah yang begitu besar, Kebo Iwa pun menurut untuk terus menggali.

Galian itu tentu saja semakin besar dan dalam saja, begitu pula dengan air yang muncul keluar dari dalam.

Sosok besar itu, terus saja bekerja hingga lelah serta kelaparan.

Ia kemudian meminta waktu beristirahat.

“Dimana makanan milikku? Seru Kebo Iwa tak lama setelah ia berhenti bekerja.

Tidak begitu lama, warga desa lantas berdatangan membawa banyak makanan.

Kebo Iwa amat begitu gembira melihat hidangan di depannya dalam jumlah yang banyak.

Ia pun makan dengan begitu lahap.

Makan, terus makan hingga dirinya pun mulai kenyang.

Diceritakan ia kemudian mengantuk dan tertidur hingga mendengkur dengan begitu keras.

Mendapati sosok besar Kebo Iwa tertidur, sang Kepala Desa memerintah para warga melempar batu kapur ke lubang galian.

Air dalam lubang galian semakin banyak dan begitu juga batu kapur yang dimasukkan oleh warga.

Hal tersebut mengakibatkan hidung sosok Kebo Iwa kemudian menjadi tersumbat hingga ia tersedak lalu terbangun.

Akan tetapi terlambat.

Air semakin deras keluar juga batu kapur terus dilempar.

Meskipun ia memiliki tenaga besar, namun tetap tidak berdaya.

Sosok besar itu akhirnya tenggelam di lubang yang ia gali sendiri.

Dalam legenda Danau Batur air dalam galian bahkan terus keluar hingga meluap, kemudian membanjiri desa Kebo Iwa dan warga.

Desa desa sekitar pun ikut terkena banjir dan tenggelam, hingga akhirnya terbentuklah sebuah danau yang begitu besar.

Dimana danau tersebut diberi nama Danau Batur.

Tidak hanya itu, timbunan yang ada di sekitar danau, tiba tiba berubah menjadi sebuah gunung dan diberi nama Gunung Batur.

Pesan Moral Yang Bisa Dipetik Oleh Kisah Ini

Dongeng dari masyarakat Bali ini memberikan banyak pesan positif untuk para pembacanya.

Setiap segala hal yang ada di dunia ini, tidak selalu berpusat kepada kamu.

Maka belajarlah untuk memahami keadaan orang lain, jangan hanya memikirkan diri sendiri.

Orang lain akan memahami kamu, bila kamu juga belajar memahami mereka.

Jangan selalu emosi dan marah saat suatu kehendak tidak bisa tercapai atau terkabul.

Cobalah untuk bersabar dan selalu menerima apa yang sudah ditakdirkan.

Cerita Kebo Iwa yang beredar di masyarakat pedesaan, selalu menjadi cerita turun temurun yang akan begitu menarik untuk dibaca ataupun diceritakan.

Tidak hanya memberi pelajaran sejarah semata, cerita Kebo Iwa ini juga selalu terselip pesan moral yang baik di dalamnya.

Sehingga meskipun diceritakan berulang ulang, maka pesan moral tersebut akan tersampaikan begitu apik dan tidak lekang oleh waktu.

Sangat cocok sebagai cerita pengantar tidur untuk anak anak.