Cerita Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari Jawa Barat.

Di tanah Sunda, Jawa Barat, ada sebuah legenda yang berkaitan dengan asal mula gunung Tangkuban Perahu, danau Bandung, Gunung Bukit Tunggul, dan gunung Burangrang.

Semua keindahan alam itu diceritakan sebagai bentuk alam yang tercipta dari ulah seorang pemuda, Sangkuriang, yang jatuh cinta pada ibu kandungnya.

Konon katanya, gunung tersebut tercipta karena perahu yang terjatuh menangkup.

Untuk mengetahui kisah lengkap tentang cerita rakyat Jawa satu ini, Wisatawan.id akan membahas Cerita Sangkuriang – Legenda Terciptanya Gunung Tangkuban Perahu

——————–
Jangan lupa untuk Like
Facebook Page Wisatawan.id
——————–

Cerita Sangkuriang – Cerita Legenda Tanah Sunda Dan Asal Mula Gunung Tangkuban Perahu

Pada zaman dahulu, di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang dikutuk Tuhan untuk turun ke bumi dan menjadi binatang.

Si dewa menjadi seekor anjing yang bernama Tumang dan si dewi menjadi babi hutan betina bernama Wayung Hyang.

Mereka diperintah untuk bertapa dan jalankan hukuman agar bisa kembali ke wujud semula.

Saat mereka di bumi, seorang raja bernama Sungging Perbangkara datang ke hutan untuk berburu.
Di tengah hutan Sang Raja buang air kecil yang kemudian tertampung dalam batok kelapa.

Lalu, si babi betina Wayung Hyang yang sedang kehausan tanpa sengaja meminum air seni itu.

Secara ajaib, Si mantan dewi ini tiba – tiba hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita.

Karena tidak tahu mesti bagaimana, dia tinggalkan bayi cantik ini di hutan.

Untungnya, Sang Raja kembali dan menemukan si jabang bayi cantik ini.

Dibawalah si bayi ke keraton oleh Sang Raja dan dinamakan Dayang Sumbi atau Rarasati.

Lahir dari seorang dewi, Dayang Sumbi tumbuh besar menjadi seorang gadis yang sangat cantik jelita hingga banyak raja dan pangeran yang ingin menikahinya.

Namun, tidak seorang pun diterima.

Karena itu, terjadilah peperangan besar oleh sesamanya untuk berebut si Dayang Sumbi.

Merasa sedih karena peperangan, si Dayang Sumbi pun meminta untuk diasingkan.

“Wahai paduka raja, ayahku tercinta. Izinkan anakmu ini untuk pergi dalam pengasingan agar tiada lagi peperangan,” pinta Si Dayang Sumbi.

“Baiklah, jika itu maumu dan jika itu memang keputusan terbaik,” jawab Sang Raja Sungging menyetujui.

“Namun ajaklah anjing hitam ini sebagai penjaga dan juga temanmu dalam pengasingan.”

“Baik ayahanda, anjing ini akan senantiasa berada di sisiku selama tinggal di hutan,” jawabnya.

Di pengasingan, Dayang Sumbi tinggal di sebuah bukit bersama dengan seekor anjing yang merupakan mantan dewa, si Tumang.

Pada suatu hari, saat Si Dayang Sumbi sedang menenun kain, terompongnya (peralatan tenunnya) terjatuh.

Karena malas, Dayang Sumbi pun melontarkan ucapan “Siapapun yang mengambilkannya, bila laki-laki akan kujadikan sebagai suami, jika perempuan akan kujadikan saudari.”

Mendengar itu, si Tumang pun turun dan mengambilnya.

Sesuai dengan perkataannya, Dayang Sumbi pun harus mengawini si Anjing hitam itu.

Ternyata, setiap malam bulan purnama si Tumang bisa kembali ke wujud aslinya sebagai lelaki tampan.

Beberapa bulan setelah menikah, Dayang Sumbi pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang dinamakan Sangkuriang.

Bayi ini tumbuh menjadi seorang anak yang kuat, penurut, dan juga tampan.

Sejak muda, bocah lelaki ini sudah menyukai kegiatan berburu di hutan.

Pada suatu hari, si Tumang dan anaknya pergi ke hutan untuk berburu rusa.

Namun, tidak ada rusa sama sekali di hari itu, hanya seekor babi hutan yang ternyata si Wayung Hyang.

Merasa terpaksa, anak ini ingin memburu babi ini namun si Tumang tidak menurutinya karena tahu babi itu adalah temannya.

“Turuti perintahku, dan pergi buru babi hutan itu!” “Jika tetap tidak kau turuti, niscaya aku akan membunuhmu sebagai gantinya.” Bentak si anak itu.

Seakan tidak didengarkan, pemuda itu pun semakin jengkel dengan si Tumang yang menjelma sebagai seekor anjing.

Akhirnya, anak lelaki ini pun mengarahkan mata panahnya ke badan si Tumang untuk menggertak.

Namun, Si Tumang tetap melawan perintahnya.

Begitu marahnya, tanpa sengaja anak panah itu terlepas dan membunuh si Tumang.

Merasa panik dan terpaksa, bocah tampan ini pun mengambil hatinya untuk diberikan kepada si ibu.

Sesampainya di rumah, anak lelaki ini berbohong kepada si Dayang Sumbi dan berkata bahwa hati yang dibawa adalah milik rusa yang telah diburu.

Merasa senang, Si Dayang Sumbi pun memasak dan memakan hati tersebut mengira itu adalah hati rusa.

Begitu Dayang Sumbi sadar bahwa hati itu adalah milik si Tumang, serta merta kemarahannya meledak dan memukul anaknya dengan sendok nasi dari tempurung kelapa.

Pukulan itu hasilkan luka di kepala si anak yang kemudian kabur melarikan diri karena merasa sakit dan ketakutan.

Si Dayang Sumbi yang menyesal pun pergi mencari dan memanggil anaknya di dalam hutan.

Namun, anak lelaki ini sudah pergi jauh. Karena merasa sedih dan bersalah, Si Dayang Sumbi memohon kepada Tuhan agar kelak bisa bertemu lagi dengan anaknya ini.

Dia berjanji akan bertapa dan hanya makan tumbuhan juga sayuran mentah.

Cerita Sangkuriang ini berlanjut dengan dirinya yang pergi mengembara keliling dunia setelah bertahun-tahun.

Dia berguru, bertapa, dan berlatih hingga dirinya tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, gagah perkasa, dan sakti mandraguna.

Setelah sekian lama berkelana, pada suatu saat dia kembali ke daerahnya lagi dimana si Dayang Sumbi berada.

Tanpa sadar, pemuda gagah perkasa ini bertemu dan jatuh cinta pada si Dayang Sumbi yang sebenarnya adalah ibunya.

Begitu juga dengan Dayang Sumbi yang tidak sadar bahwa pria tampan nan perkasa ini adalah anaknya.

Mereka pun menghabiskan waktu bersama layaknya kekasih.

Namun pada suatu hari, tanpa sengaja si Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala pemuda ini yang merupakan bekas luka karena pukulan sendok kayu.

Dayang Sumbi pun sadar bahwa pria yang mencintainya ini adalah anak laki-lakinya yang sudah lama hilang.

Karena itulah, si Dayang Sumbi menolak timangan dan menjelaskan kenyataan bahwa pria perkasa ini adalah anak kandungnya sendiri.

Terlarut dalam nafsu dan dibutakan cinta, si pemuda ini tidak peduli dan memaksa Dayang Sumbi untuk terima timangannya.

Tapi dengan sekuat tenaga Dayang Sumbi selalu menolak dan melakukan segala cara agar pinangannya tidak berhasil.

Salah satunya adalah dengan memberi syarat yang tidak masuk akal.

Si Dayang Sumbi berkata, “Jika memang begitu kuat keinginanmu untuk menimangku, aku ingin engkau menuruti sebuah persyaratan untuk buktikan kekuatan tekadmu.”

“Katakanlah!” jawab pemuda itu.

“Buatkan diriku sebuah perahu dan sebuah telaga yang sanggup bendung aliran Sungai Citarum dalam waktu semalam!”

Tanpa ragu, pemuda itu menyanggupinya “Baiklah, akan kupenuhi permintaanmu.”

Merasa kuat dan sakti mandraguna, pemuda ini pun langsung membuat perahu seperti yang di minta Si Dayang Sumbi.

Menggunakan sebuah pohon besar sebagai bahan utamanya, tunggul, dan juga pangkal pohon ini kelak menjadi asal mula Bukit Tunggul yang ada di sebelah Timur.

Tidak hanya itu, cerita rakyat Sangkuriang ini juga gambarkan asal mula gunung Burangrang yang tercipta dari ranting pohon yang membentang ke sebelah barat.

Bahkan pemuda ini memakai bantuan para makhluk halus atau para Guriang.

“Bantulah aku untuk membangun danau sebelum matahari memunculkan wujudnya!” Perintah pemuda itu.

Dengan bantuan mereka, akhirnya saat lewat tengah malam danau pun sudah hampir selesai.

Merasa tidak ingin menerima kenyataan dan cinta anaknya, Si Dayang Sumbi memohon pada Tuhan agar niatan pemuda itu tidak berhasil.

Dayang Sumbi pun mencoba untuk mengelabuinya.

Si Dayang Sumbi membentangkan kain putih tenunannya di atas bukit sebelah timur agar terlihat seperti matahari sudah terbit.

Lalu Si Dayang sumbi juga memukul alu ke lesung secara terus menerus seolah sedang menumbuk padi.

“buk.. buk.. buk..” suara tumbukan itu seakan gambarkan aktivitas rutin yang menandakan pagi sudah tiba.

Dikelabui dengan suara itu, para anak buah pemuda itu pun berlarian ketakutan dan akhirnya menghilang bersembunyi dari sinar matahari.

Karena itu, danau yang dijanjikan pun tidak selesai.

Merasa gagal memenuhi syarat yang diberikan, pemuda perkasa itu lalu mengamuk dan menendang perahu raksasa yang sudah dibuatnya dengan susah payah ke arah utara.

Perahu yang menangkup inilah yang menjadi asal mula gunung Tangkuban perahu.

Sangkuriang yang masih merasa marah pun menghancurkan bendungan yang telah berdiri untuk ciptakan danau.

Hingga akhirnya hasilkan sebuah aliran tembusan dari sungai Citarum yang kelak disebut sebagai Sanghyang Tikoro.

Pemuda ini tidak berhenti mengamuk dan lemparkan berbagai hal ke berbagai arah, hingga hasilkan Gunung Manglayang di sebelah timur, dan surutkan Arit Talaga Bandung yang kini menjadi lokasi kota Bandung sendiri.

Meski merasa gagal, tetapi pemuda ini tidak berhenti perjuangkan cintanya.

Seakan dibutakan dengan cinta, dia terus mengejar Si Dayang Sumbi.

Merasa ketakutan akan anaknya yang sudah kehilangan akal sehatnya, Dayang Sumbi pun berlari ke atas Gunung Putri.

Di saat dia hampir tertangkap, Si Dayang Sumbi meminta dengan sungguh – sungguh kepada Tuhan untuk menyelamatkannya dan agar anaknya tidak bisa menemukannya lagi.

Permintaan tulusnya ini didengar dan Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga Jaksi yang tumbuh dengan cantik.

Setelah mengejar dan sampai di puncak gunung, pemuda ini merasa kebingungan karena tidak bisa menemukannya.

Namun, pria muda yang sudah buta karena cinta ini terus mencari hingga ke sebuah tempat yang disebut sebagai Ujung Berung.

Di situlah pemuda ini menghilang ke alam gaib dan tidak pernah kembali.

Pesan Moral Yang Bisa Diambil

Dari cerita legenda ini bisa diambil beberapa pesan moral.

Seorang anak sebaiknya tidak berbohong kepada orang tua.

Tidak terperdaya dalam amarah hingga lepas kendali dan berakhir dengan penyesalan.

Belajar menahan emosi, dan juga tidak tenggelam dalam hawa nafsu adalah pesan moral yang bisa diambil.

Bisa dikatakan setiap perbuatan memiliki konsekuensinya tersendiri.

Dalam cerita Sangkuriang ini, penyesalan dan rasa bersalah datang sebagai dampaknya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa cerita legenda melekat pada hati masyarakat karena memiliki unsur moral yang berkesan.

Tidak sedikit pula yang berkaitan dengan asal mula suatu penampakan alam.

Seperti Kisah Pemuda yang digelapkan akan ketamakan dan buta akan cinta ini.

Cerita ini bisa menjadi serial bacaan yang mampu berikan pesan moril untuk anak.

Mereka bisa belajar tentang setiap perbuatan pasti akan miliki konsekuensinya sendiri.